Kamis, 28 Juni 2012

Cara Mengatasi Gangguan Psikologi Pada Masa Nifas


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Masa nifas akan menyebabkan terjadinya perubahan – perubahan pada organ reproduksi. Begitupun halnya dengan kondisi kejiwaan ( psikologis ) ibu, juga mengalami perubahan. Dari yang semula belum memiliki anak, kemudian lahirlah seorang bayi mungil nan lucu yang kini mendampingi ibu. Menjadi orangtua merupakan suatu krisis tersendiri dan ibu harus mampu melewati masa transisi. Secara psikologi, seorang ibu akan mengalami akan mengalami gejala – gejala psikiatrik setelah melahirkan. Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh oleh seorang wanita dalam dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada beberapa minggu atau bulan pertama setelah melahirkan baik dari segi fisik maupun fisik.  Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi ada sebagian lainnya yang tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan – gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindrom yang oleh yang oleh para peneliti dan klinisi disebut postpartum blues.
            Postpartum blues ini dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental yang ringan. Oleh sebab itu, gangguan ini sering tidak dipedulikan bangkan sering dianggap efek samping dari keletihan, sehingga tidak terdiagnosis dan tidak tertangani sebagaimana harusnya. Akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan, dan dapat membuat perasaan – perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, bahkan terkadang gangguan ini berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi pascapersalinan, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya. Padahal data dari penelitian di seluruh dunia secara tegas menunjukan bahwa sekitar 50 – 75% wanita mengalami postpartum blues.

A.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah
1.    Apa yang dimaksud dengan nifas ?
2.    Gangguan psikologi yang terjadi pada masa nifas ?
3.    Bagaimana cara mengatasi gangguan psikologi pada masa nifas ?

B.     Tujuan Penulisan
       Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
1.    Untuk mengetahui pengertian dari nifas
2.    Untuk mengetahui apa saja gangguan psikologi yang terjadi saat nifas
3.    Mengetahui cara mengatasi gangguan psikologi pada masa nifas  

C.     Metode Penulisan
Dalam makalah ini, kami menggunakan metode study pustaka (Library Research). Perpustakaan adalah suatu usaha yang teratur dan sistematis menyelenggarakan pengumpulan, perawatan, dan pengolahan bahan pustaka untuk disajikan dalam bentuk pelayanan social yang bersifat educative, informative, dan rekreatif kepada masyarakat.




BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian
          Masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika organ – organ reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas ( puerperium ) ialah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ reproduksi, biasanya sekitar 6 minggu. Jadi yang dimaksud dengan masa nifas adalah masa kembalinya organ reproduksi seperti keadaan sebelum hamil dalam waktu 6 minggu setelah melahirkan.

B.  Respon Orangtua Terhadap Bayi Baru Lahir
Menjadi orangtua merupakan krisis tersendiri dan mereka harus dapat melewati masa transisi. Berikut adalah masa transisi pada postpartum yang harus diperhatikan oleh pasangan.
1.        Fase Honeymoon
Adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah, dan anak. Masa ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang memerlukan hal – hal romantis, masing – masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
2.        Bounding Attachment
Bounding merupakan satu langkah awal unutk mengungkapkan perasaan afeksi ( kasih sayang ). Attachment merupakan interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu. Bounding attachment adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah kelahiran, untuk memberikan kasih sayang  yang merupakan dasar interaksi antara keduanya secara terus – menerus. Dengan kasih sayang yang diberikan terhadap bayinya maka akan terbentuk ikatan antara orang tua dan bayinya.
            Bounding attachment ini dimulai sejak dini bagitu bayi dilahirkan / pada kala IV. Bonding adalah suatu istilah untuk menerangkan hubungan antara ibu dan anak, sedangkan attachment adalah suatu keterikatan antara orang tua dan anak.

C.     Adaptasi Psikologis Masa Postpartum Menurut Teori Rubin
Adaptasi psikologis postpartum oleh Rubin dibagi dalam 3 periode yaitu sebagai berikut :
1.    Periode Taking in
a.          Berlangsung 1 – 2 hari setelah melahirkan 
b.         Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi yang baik. Ibu menjadi sangat bergantung pada orang lain, mengharapkan segala sesuatu kebutuhan dapat dipenuhi orang lain. Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya. Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan secara berulang – ulang. Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala. Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan. 
2.      Periode Taking Hold
a.         Berlangsung 3 – 10 hari setelah melahirkan
b.         Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam merawat bayi. Ibu menjadi sangat sensitif, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang – orang terdekat. Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya. Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk mengubah posis seperti duduk atau jalan, serta belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya.
3.      Periode Letting Go
a.         Berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah.
b.         Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat bayi meningkat. Ada kalanya, ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya, keadaan ini di sebut baby blues.



D.    Gangguan Psikologis Pada Masa Nifas
Beberapa penyesuain dibutuhkan oleh wanita untuk melakukan aktivitas dan peran barunya sebagai seorang ibu pada minggu – minggu atau bulan – bulan pertama setelah melahirkan, baik segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri bahkan mengalami gangguan – gangguan psikologis, antara lain sebagai berikut.
1.    Postpartum Blues ( Baby Blues )
a.         Pengertian Postpartum Blues
Postpartum blues menurut Ambarwati (2009) adalah perasaan sedih yang dialami oleh ibu setelah melahirkan, hal ini berkaitan sedih yang dialami oleh ibu setelah melahirkan, hal ini berkaitan dengan bayinya.  Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan postpartum blues adalah suasana hati yang dirasakan oleh wanita setelah melahirkan yang berlangsung selama 3 – 6 hari dalam 14 hari pertama pasca melahirkan, di mana perasaan ini berkaitan dengan bayinya.
b.        Gejala Postpartum Blues Menurut Ambarwati
a)    Menangis
b)   Mengalami perubahan perasaan
c)    Cemas
d)   Khawatir
e)    Kesepian
f)    Penurunan gairah seksual
g)   Kurang percaya diri terhadap kemampuannya menjadi seorang ibu.
c.         Penyebab postpartum blues
a)    Faktor Hormonal
Berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin, dan estriol yang berlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah melahirkan. Ternyata estrogen memiliki efek supresi terhadap aktivitas enzim monoamine oksidae, yaitu suatu enzim otak  yang bekerja menginaktivasi, baik noradrenalin maupun serotonin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.
b)   Faktor Demografik
Yaitu umur dan paritas. Umur yang terlalu muda untuk melahirkan, sehingga dia memikirkan tanggung jawanya sebagai seorang ibu untuk mengurus anaknya. Sedangkan postpartum blues banyak terjadi pada primipara, mengingat dia baru memasuki perannya sebagai seorang ibu, tetapi tidak menutup kemungkinan juga terjadi ibu yang pernah melahirkan, yaitu jika ibu mempunyai riwayat postpartum blues sebelumya.
c)    Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
Kesulitan – kesulitan yang dialami ibu selama kehamilannya akan surut memperburuk kondisi ibu pasca melahirkan. Sedangkan pada persalinan, hal – hal yang tidak menyenangkan bagi ibu mencakup lamanya persalinan serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan, seperti ibu yang melahirkan dengan cara operasi caesar (sectio caesarea) akan dapat menimbulkan perasaan takut terhadap peralatan operasi dan jarum.
d)   Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan
Seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, dan status sosial ekonomi.
e)    Fisik
Kelelahan fisik karena aktivitas mengasuh bayi,  menyusui, memandikan, mengganti popok dll. Apalagi jika tidak ada bantuan dari suami atau anggota keluarga yang lain.
d.        Cara Mengatasi Postpartum
a)    mempersiapkan persalinan dengan lebih baik, maksudnya disini tidak hanya menekankan pada materi tapi yang lebih penting dari segi psikologi dan mental ibu.
b)   Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik.
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
                                            i.     Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi.
                                          ii.     Dapat memahami dirinya
                                        iii.     Dapat mendukung tindakan konstruktif.

e.          Dengan cara peningkatan support mental/ dukungan keluarga.
                                            i.         Minta bantuan suami atau keluarga yang lain, jika membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan.
                                          ii.         Beritahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan. Mintalah dukungan dan pertolongannya.
                                        iii.         Menyarankan ibu untuk membuang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayi karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri.
                                        iv.          Menyarankan ibu untuk mencari hiburan dan meluangkan waktu untuk diri sendiri.
f.     Pencegahannya dapat dilakukan dengan:
1.  beristirahat ketika bayi tidur
2.   berolah raga ringan, ikhlas dan tulus   dengan peran baru       sebagai ibu
3.   tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
4.   bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
5.   bersikap fleksibel dan bergabung dengan kelompok ibu-ibu  baru
6.   kesempatan merawat bayi hanya datang satu kali

2.    Depresi Postpartum
a.    Pengertian Depresi Postpartum
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi 7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi kapan pun bahkan sampai 1 tahun kedepan. Pitt tahun 1988 dalam Pitt(regina dkk,2001) depresi post paruma dalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan dan kehilangan libido(kehilangan selerau ntuk berhubungan intim dengan suami). Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang didiagnosa mengalami depresi 3 bulan pertama setelah melahirkan, wanita tersebut secara social dan emosional meras terasingkan atau mudah tegang dalam setiap kejadian hidupnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi post partumadalah gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung terus-menerus sampai6 bulan atau bahkan sampai satu tahun.
b.    Gejala Depresi Postpartum
Gejala – gejala yang timbul pada depresi postpartum adalah sebagai berikut :
1)   Dipenuhi rasa sedih dan depresi yang disertai dengan menangis tanpa sebab.
2)   Tidak memiliki tenaga atau hanya sedikit saja.
3)   Tidak dapat berkonsentrasi.
4)   Ada perasaan dan tidak berharga.
5)   Menjadi tidak bertarik dengan bayi atau terlalu memperhatikan dan mengkhawatirkan bayinya.
6)   Gangguan nafsu makan.
7)   Ada perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya
8)   Gangguan tidur
c.    Penyebab Depresi Postpartum
Pada intinya penyebab depresi postpartum sama dengan penyebab postpartum blues, yang membedakan hanyalah karakteristik wanita yang berisiko mengalami depresi postpartum. Berikut adalah karakteristik yang dimaksud.
                             i.     Wanita yang mempunyai riwayat depresi
                           ii.     Wanita yang berasal dari keluarga yang kurang romastis
                         iii.     Wanita kuran mendapatkan dukungan dari suami atau orang – orang terdekatnya selama hamil dan setelah melahirkan
d.   Cara Mengatasi Depresi Postpartum
·           Bicaralah dengan suami
Jangan biarkan Anda merasa sendirian dan semakin depresi. Bicaralah dengan suami dan cobalah untuk membagi kesehatan Anda.
·           Berendam untuk relaksasi
Jika kamar mandi Anda dilengkapi dengan bathub, maka Anda bisa mencoba tips berikut ini. Berendamlah dalam bak mandi yang berisi air hangat. Anda sebaiknya menggunakan aroma sabun relaksasi yang memberikan efek tenang. Anda bisa membelinya di swalayan terdekat.
·           Sarapan pagi
Mulailah hari Anda dengan sarapan pagi bersama pasangan. Makanan itu bisa memberi Anda energi sehingga Anda bisa menjalankan aktivitas dengan baik. Tak ada salahnya untuk menikmati kebersamaan dengan suami sebelum ia berangkat ke kantor.
·           Kurangi konsumsi caffeine dan alkohol
Kandungan alkohol dan caffeine pada alkohol dan caffeine sangat berpengaruh terhadap kondisi tubuh Anda. Jangan biasakan untuk menghilangkan stres dengan bantuan minuman tersebut. Konsumsi alkohol dan caffeine yang berlebihan memicu datangnya penyakit lain seperti kanker dan migrain. Bukan untung, malah buntung.
·           Tidur
Waktu tidur yang cukup sangat mempengaruhi kondisi tubuh dan psikologis Anda. Kelelahan akan semakin memperparah depresi Anda. Jadi, berbaringlah sejenak dan pulihkan kesehatan Anda.
3.    Postpartum Psikosis / Postpartum Kejiwaan
a.       Pengertian Post Partum Psikosa
Adalah masalah kejiwaan serius yang dialami ibu selepas bersalin, dan ditandai dengan agitasi yang lebat, pergantian perasaan yang cepat, depresi, dan delusi.
b.      Penyebab Post Partum Psikosa
Disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa.
c.       Gejala Post Partum Psikosa
Gejala yang sering terjadi adalah:
1. delusi
2. halusinasi
3. gangguan saat tidur
4. obsesi mengenai bayi
d.      Faktor yang mendukung
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan mood secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi euforia dalam waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan kenyamanan dalam beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau keluarga, sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung berdebar-berdebar serta nafas terasa cepat. Factor yang mendukung ialah :
a) Latar belakang keluarga
b) Kondisi psikososial yang buruk
c) Kepribadian ibu
e.       Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
1. Beristirahat cukup
2. Mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
3. Bergabung dengan orang-orang yang baru
4. Bersikap fleksible
5. Berbagi cerita dengan orang terdekat
6. Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Masa nifas ( puerperium ) ialah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ reproduksi, biasanya sekitar 6 minggu. Pada masa ini akan terjadi gangguan fisik maupun psikis pada wanita. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri bahkan mengalami gangguan – gangguan – gangguan psikologis, seperti postpartum blues, depresi postpartum dan postpartum psikosis. Adapun cara mengatasinya dengan istirahat yang cukup, berbicara pada suami apa yang dialami dll.
B.       Saran
Melalui makalah ini, penulis mengharapkan agar tenaga kesehatan maupun lebih peka terhadap gangguan psikologi yang di alami oleh ibu pada masa nifas. Dan dapat menanggani lebih cepat, serta keluarga di harapkan dapat membantu ibu dalam masa – masa nifas sehingga gangguan psikologi pada masa nifas dapat diminimalkan .


.

Jumat, 22 Juni 2012

Makalah cara mengatasi Gangguan Psikologi pada Masa Menopause


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar belakang
              Kehidupan manusia dimulai sejak konsepsi hingga mennjelang akhir hayat dan ini merupakan proses yang berkesinambungan serta tiada terbatas. Begitupun kehidupan seorang perempuan. Segera setelah di lahirkan, secara fisiologis menjadi lebih tua. Dengan bertambahnya usia maka jaringan – jaringan dan sel – sel tua, sebagian mengalami regenerasi, tetapi sebagian lagi akan mati. Dilihat dari sudut pandang tersebut, maka psikologi perkembangan juga dapat disebut sebagai psikologi orang menjadi tua. Bagi sebagian orang, wanita menganggap masa menopause merupakan masa yang menakutkan, tetapi sebagian lainnya dapat melalui masa ini dengan mulus. Bagi orang yang merasa masa ini menakutkan akan membutuhkan pendamping yang mengerti dan paham tentang kondisi dan permasalahan mereka.
Menopause adalah masalah serius, akibat tingkat harapan hidup semakin tinggi, dimana masa pascamenopause berlangsung pada sepertiga penghujung hidup di usia yang semakin tidak produktif. Di sini kita akan banyak temukan bahwa yang sedang mengalami masa itu, kondisi psikisnya sering kali terganggu. Oleh karena itu, kita sebagai tenaga kesehatan juga harus memperhatikan para wanita yang akan mengalami masa menopause dengan cara melakukan pendekatan – pendekatan kepada mereka, serta memberi penyuluhan tentang perubahan – perubahan yang akan mereka alami di masa menopause  

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah
1.    Apa yang dengan menopause ?
2.    Gangguan psikologi yang terjadi pada masa menopause ?
3.    Bagaimana cara mengatasi gangguan psikologi pada masa menopause ?





C.     Tujuan Penulisan
       Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
1.    Untuk mengetahui pengertian dari menopause
2.    Untuk mengetahui apa saja gangguan psikologi yang terjadi saat menopause
3.    Mengetahui cara mengatasi gangguan psikologi pada masa menopuse

D.     Metode Penulisan
Dalam makalah ini, kami menggunakan metode study pustaka (Library Research). Perpustakaan adalah suatu usaha yang teratur dan sistematis menyelenggarakan pengumpulan, perawatan, dan pengolahan bahan pustaka untuk disajikan dalam bentuk pelayanan social yang bersifat educative, informative, dan rekreatif kepada masyarakat.



BAB II
PEMBAHASAN

I.          Pengertian Menopause
Menopause berasal dari kata menopause, men =  bulan; pause = pausa ; pause = pauoo = periode atau tanda berhenti. Jadi menopause adalah berhentinya secara definitif menstruasi atau berhentinya menstruasi jika ovarium tidak lagi dihasilkan estrogen, yaitu hormon yang membuat wanita benar – benar murni wanita.  Untuk mengatasi gangguan emosional yang timbul pada saat seorang wanita memasuki masa menopausenya ataupun untuk bisa mengantisipasi agar bisa menghindari munculnya gangguan emosional, setiap wanita perlu memahami semua sindrom menopause yang terjadi pada dirinya.
Masa menopause adalah suatu proses alamiah yang pasti dialami oleh setiap wanita. Untuk menghadapinya agar tidak timbul gangguan emosional yang pada dirinya maupun lingkungan, wanita perlu mengembangkan pikiran yang positif agar dapat mempersiapkan diri dengan menjaga kesehatan fisik dan mental secara menyeluruh sejak masih muda, juga memperluas wawasan pengetahuan tentang masalah menopause. Pada saat sudah masuk pada masa menopause, tetaplah aktif mempergunakan waktu luang yang ada dengan menjalin komunikasi yang terbuka dengan anggota keluarga ataupun lingkungan sosialnya, ikut dalam kegiatan positif dilingkungan sosialnya, menyalurkan hobi yang kemungkinan bisa menghasilkan sesuatu hasil karya ataupun mendatangkan uang sehingga para wanita menopause tetap bisa merasa bahwa dirinya berarti, ia merasa diperhatikan, dibutuhkan dan dihargai dengan demikian masa menopause justru merupakan awal kehidupan yang membahagiakan apabila ia bisa mensyukuri hikmah yang diperolehnya dalam kehidupan ini.


II.          Tahapan Menopause
Adapun tahapan menopause adalah sebagi berikut :
1.    Fase Pramenopause ( klimakterium )
Pada fase ini seseorang wanita akan mengalami kekacauan pola menstruasi, terjadinya perubahan psikologi atau kejiwaan. Terjadi perubahan fisik yang berlangsung selama 4 – 5 tahun. Pada usia antara 48 – 55 tahun.
2.    Fase Menopause
Terhentinya mestruasi. Perubahan dan keluhan psikologis dan fisik semakin menonjol, berlangsung sekitar 3 – 4 tahun pada usia 56 – 60 tahun.
3.    Fase Postmenopause
Terjadinya pada usia di atas 60 tahun, wanita beradaptasi terhadap perubahan psikologis dan fisik, keluhan semakin berkurang.

III.          Macam – Macam Perubahan Psikologis Pada Masa Menopause
1)   Perubahan Peran dalam Kehidupan Keluarga
Perubahan peran ini menginjak pada saat anak – anak menuju usia dewasa dan mandiri. Menurut Cumming dan Henry, orang yang lebih tua yang mengalami pelepasan itu menjadi bahagia dengan kebebasannya yang lebih banyak, kewajiban – kewajibannya berkurang terhadap lingkungan sosial dan terhadap kehidupan bersama.
2)   Ibu Merasa Tidak Lagi Dibutuhkan
Dengan bertambah dewasa dan mandiri seorang anak, terkadang anak tidak mengikutsertakan orangtua ke dalam suatu permasalahan – permasalahannya. Seorang anak ingin mengatasi berbagai masalahnya sendiri. Di sini akan timbul suatu konflik baru, orangtua akan merasa tidak lagi dibutuhkan oleh anak – anak mereka.
3)   Perubahan Hubungan Sosial dengan Lingkungan
Dalam teori disengagement dikatakan bahwa manusia yang menjadi tua  dan terutama yang sudah sangat tua akan mencari bentuk – bentuk isolasi sosial tertantu dan justru dala isolasi itu, atau karena isolasi itu ia menjadi bahagia dan puas.
4)   Kehilangan Anggota Keluarga
Ketika seorang anak menjadi dewasa dan pada waktunya mereka harus menikah, orangtua tentunya akan merasa senang karena kewajibannya telah selesai dala mengasuh anak, dan dalam rasa kesenangannya itu ada perasaan kehilangan terhadap salah satu keluarganya. Hal ini dapat menjadi konflik semua anggota keluarga hidup mandiri dan tidak menjadi satu ( tidak hidup bersama ) dengan orang tuanya.
5)   Pertambahan Usia
Segera setelah dilahirkan, maka seorang secara fisiologis menjadi lebih tua. Jaringan – jaringan dan sel – sel menjadi tua, sebagian mengalami regenerasi, tetapi sebagian lagi akan mati.
6)   Mudah Sakit – Sakitan
Dengan bertambahnya usia maka jaringan – jaringan dan sel – sel menjadi tua, sebagian mengalami regenerasi tetapi sebagian lagi akan mati. Dengan tidak maksimalnya fungsi jaringan dan sel maka  kondisi orang yang sudah lanjut usia akan rentan sekali terhadap penyakit, sehingga mereka mudah sekali sakit.

IV.          Gangguan Psikologi Pada Masa Menopause
Menopause yang secara hormonal ditandai dengan menurunnya kadar estrogen memang berdampak terhadap fisik maupun psikis wanita.  Berbagai keadaan yang timbul sebagai dampak  menopause adalah berkurang atau menghilangnya fungsi hormon estrogen yang diproduksi indung telur ( ovarium ), sedangkan fungsi seksual lebih banyak diakibatkan kekurangan androgen / testosteron yang juga di produksi oleh indung telur. Hal ini yang akan menyebabkan gangguan psikis pada masa menopause, yaitu :
a)        Gangguan persepsi
b)        Proses berpikir
c)        Gangguan Sensorik dan kognitif
d)       Gangguan Kesadaran
e)        Gangguan Orientasi
Gangguan orientasi terhadap waktu, tempat dan orang berhubungan dengan gangguan kognisi. Gangguan orientasi sering ditemukan pada gangguan kognitif, gangguan kecemasan, gangguan buatan, gangguan konversi dan gangguan kepribadian, terutama selam periode stres fisik atau lingkungan yang tidak mendukung. Pemeriksa dilakukan dengan dua cara: Apakah penderita mengenali namanya sendiri dan apakah juga mengetahui tanggal, tahun, bulan dan hari.
f)         Gangguan Daya ingat
g)        Gangguan Fungsi intelektual
Didalam buku “Psikologi Agama” yang ditulis oleh Bambang Syamsul Arifin, mengatakan bahwa manusia dari masa ke masa selalu bergerak melakukan kegiatan untuk meraih harapan kesempurnaan dalam hidup dan terhindar dari kekawatiran mereka, hal demikian tentu juga masih dirasakan oleh golongan orang-orang lanjut usia.

V.          Cara Mengatasi Gangguan Psikologi Pada Masa Menopause
Penyesuaian diri lanjut usia pada kondisi psikologisnya berkaitan dengan dimensi emosionalnya dapat dikatakan bahwa lanjut usia dengan keterampilan emosi yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka. Orang yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosinya akan mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untuk berkonsentrasi ataupun untuk memiliki pikiran yang jernih. Ohman & Soares (1998) melakukan penelitian yang menghasilkan kesimpulan bahwa sistem emosi mempercepat sistem kognitif untuk mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan terjadi. Stimuli yang relevan dengan rasa takut menimbulkan reaksi bahwa hal buruk akan terjadi. Terlihat bahwa rasa takut mempersiapkan individu untuk antisipasi datangnya hal tidak menyenangkan yang mungkin akan terjadi. Secara otomatis individu akan bersiap menghadapi hal-hal buruk yang mungkin terjadi bila muncul rasa takut. Ketika individu memasuki fase lanjut usia, gejala umum yang nampak yang dialami oleh orang lansia adalah “perasaan takut menjadi tua”. Ketakutan tersebut bersumber dari penurunan kemampuan yang ada dalam dirinya. Kemunduran mental terkait dengan penurunan fisik sehingga mempengaruhi kemampuan memori, inteligensi, dan sikap kurang senang terhadap diri sendiri.
Adapun beberapa cara untuk mengatasi gangguan psikologi pada masa menopause adalah sebagai berikut :
a.         Terapi Sulih Hormon ( TSH )
Pengaruh obat hormon dalam terapi sulih hormon ( TSH ) bagi wanita menopause hingga saat ini mengandung pro dan kontra. Sementara penelitian tentang TSH masih terus dilakukan.
b.        Pola Hidup Sehat
Upaya menciptakan pola hidup sehat terutam di lakukan dengan mengatur menu makanan dan pola makan seimbang. Banyak menu makan sayuran hijau, buah biji – bijian , vitamin dan serat makanan itu akan membantu pencernaan dan metabolisme tubuh. Selain itu juga, makanan yang dianjurkan adalah makanan yang rendah lemak jenuh, rendah kolesterol, kadar gula dan garam yang tidak berlebihan, cukup kalsium dan zat besi, serta cukup vitamin dan serat.
c.         Olahraga
Merupakan kegiatan yang sangat penting untuk mempertahankan kebugaran. Olahraga yang teratus akan menyehatkan jantung dan tulang, mengatur berat badan, menyegarkan tubuh, dan memperbaiki suasana hati.
d.        Menerima dengan lapang dada bahwa proses penuaan tidak dapat dihindari dan masa menopause adalah sesuatu hal yang sangat alamiah yang dialami oleh setiap wanita
e.          Hadapi masalah yang ada satu persatu,jangan sekaligus, berdasarkan prioritasnya
f.         Untuk sementara masalah Menopause yang menimbulkan perasaan khawatir itu dihilangkan dan memusatkan pikiran pada sesuatu hal yang sangat berbeda dan menyenangkan
g.        Menulis memo untuk diri sendiri untuk mengeluarkan semua unek-unek mengenai situasi perubahan fisik dan psikologik yang menimbulkan kekhawatiran, sikap-sikap orang dilingkungan anda dsb. Anda akan merasa lebih enak dan dapat berpikir lebih rasional setelah emosi-emosi negatif yang mendasari kekhawatiran bisa terekspresikan dalam memo itu
h.        Menyesuaikan sikap. Tanyalah pada diri sendiri, hikmah positif apa yang dapat dipelajari saat masa menopause harus dihadapi . Letakkan stressor tersebut dalam perspektif yang benar, jangan biarkan pikiran-pikiran negatif menguasai diri dan hindari sikap pesimis
i.          Merubah lingkungan agar tidak lagi berada dalam keadaan yang monoton
j.          Mencoba untuk memperbaiki penampilan agar lebih segar dan tampil cantik
k.        Mempergunakan setiap waktu luang yang ada dengan melakukan banyak kegiatan yang positif dan kreatif. Dengan mengembangkan minat baru dan mempelajari keahlian yang baru akan memberikan perasaan senang bahwa ia bisa berprestasi
l.          Masuk kegiatan politik atau aktif di kegiatan sosial, serta dapat memiliki atau menciptakan pekerjaan yang menarik, atau mempunyai pekerjaan dengan penghasilan yang tetap, akan dapat membuat seseorang merasa dirinya berguna bagi orang lain dan meningkatkan penghargaan terhadap diri sendiri
m.      Pelajarilah dan berlatihlah secara teratur tehnik relaksasi yang tepat, tehnik-tehnik meditasi, yoga dll
n.        Untuk mengatasi masalah pribadi dan lingkungan psikososialnya, perlu konsultasi dengan psikolog atau konsultasi ke dokter sesuai dengan keluhan yang dialaminya








BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
h)        Menopause sebagai bagian dari proses kehidupan memang tidak dapat dihindari. Menopause bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap yang tidak dapat dihindari pada kehidupan wanita. Beberapa gangguan yang terjadi pada masa  menopause yaitu: gangguan daya ingat, proses berpikir, gangguan Sensorik dan kognitif, gangguan kesadaran, gangguan Orientasi, dan gangguan fungsi intelektual. Mengatasi gangguan menopause dengan cara modifikasi gaya hidup menjadi lebih sehat dan selalu berpikiran positif.

B.  Saran
Masa menopause adalah suatu proses alamiah yang pasti dialami oleh setiap wanita. Untuk menghadapinya agar tidak timbul gangguan emosional yang pada dirinya maupun lingkungan, wanita perlu mengembangkan pikiran yang positif agar dapat mempersiapkan diri dengan menjaga kesehatan fisik dan mental secara menyeluruh sejak masih muda, juga memperluas wawasan pengetahuan tentang masalah menopause.
Pada saat sudah masuk pada masa menopause, tetaplah aktif mempergunakan waktu luang yang ada dengan menjalin komunikasi yang terbuka dengan anggota keluarga ataupun lingkungan sosialnya, ikut dalam kegiatan positif dilingkungan sosialnya, menyalurkan hobi yang kemungkinan bisa menghasilkan sesuatu hasil karya ataupun mendatangkan uang sehingga para wanita menopause tetap bisa merasa bahwa dirinya berarti, ia merasa diperhatikan, dibutuhkan dan dihargai dengan demikian masa menopause justru merupakan awal kehidupan yang membahagiakan apabila ia bisa mensyukuri hikmah yang diperolehnya dalam kehidupan ini.